Padang – Ribuan petani di Sumatera Barat merasakan peningkatan hasil panen dan penurunan biaya produksi berkat Sistem Pertanian Mandiri (SPM), metode budidaya padi yang tidak menggunakan praktik membajak dan menggenangi sawah. Sistem ini digagas oleh Ir. Djoni, seorang tokoh pertanian Sumatera Barat.
SPM, yang telah diterapkan selama empat tahun terakhir, mengadopsi prinsip menjaga tanah tetap tertutup dengan memanfaatkan jerami sebagai penutup alami. Metode ini menjaga kelembaban dan kesuburan tanah.
Djoni menjelaskan bahwa SPM lahir dari modifikasi kebiasaan petani menjadi metode yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya. Ia menekankan bahwa praktik konvensional justru merusak struktur tanah dan menambah beban biaya produksi. “Tanpa bajak, tanpa genangan, hasilnya malah lebih baik,” ujarnya.
Ribuan petani gurem di Sumatera Barat, terutama yang memiliki lahan di bawah setengah hektare, telah mengadopsi SPM. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Agam memiliki lahan percontohan SPM yang sukses panen berulang.
Selain meningkatkan hasil panen, SPM juga terbukti adaptif terhadap perubahan iklim dan mampu menekan emisi gas metana dari sawah. Djoni menilai bahwa SPM adalah gerakan rakyat menuju kemandirian pangan, sehingga subsidi pupuk yang besar dapat dialihkan untuk edukasi dan sosialisasi sistem ini.





Komentar