MENTAWAI — Di tanah ujung barat Sumatera, di pulau-pulau yang kerap dilupakan peta, ada bara dakwah yang tetap menyala. Puluhan da’i muda binaan UPZ Baznas Semen Padang hadir membawa cahaya Islam ke pelosok Kepulauan Mentawai. Mereka datang bukan sekadar menyampaikan ceramah, tetapi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang selama ini jauh dari sentuhan pembinaan akidah.
Ketua UPZ Baznas Semen Padang, Iskandar S. Taqwa, menyebut program ini sebagai salah satu misi utama mereka di bidang dakwah dan syiar Islam. Bagi Iskandar, membina para da’i di Mentawai bukan sekadar program sosial, tapi sebuah komitmen untuk menjaga nyala iman di perbatasan negeri.
“Para da’i binaan ini adalah ujung tombak kami untuk menyentuh langsung masyarakat yang selama ini luput dari dakwah,” ujar Iskandar.
Namun, menjalankan dakwah di pedalaman Mentawai bukan perkara ringan. Akses yang sulit, jaringan komunikasi yang terbatas, hingga minimnya fasilitas publik menjadi tantangan tersendiri. Tak jarang listrik pun belum tersedia, apalagi akses internet.
Karena itu, UPZ Baznas Semen Padang memberikan dukungan penuh kepada para da’i. Mereka bukan hanya menerima insentif bulanan, tetapi juga difasilitasi sepeda motor untuk mobilitas, hingga rumah tinggal agar kehidupan mereka lebih layak.
“Kebanyakan da’i kami berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Maka dukungan logistik menjadi penting agar mereka bisa fokus berdakwah, tanpa harus memikirkan kebutuhan dasar sehari-hari,” jelas Iskandar.
Tak berhenti pada pengiriman da’i, UPZ Baznas Semen Padang juga menginisiasi program sosial yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat. Salah satu yang paling berdampak adalah pelaksanaan sidang isbat nikah, terutama bagi para mualaf dan pasangan yang selama ini menikah hanya secara agama tanpa pencatatan resmi negara.
“Di Mentawai, banyak warga yang belum memiliki dokumen pernikahan sah. Ini menjadi kendala bagi anak-anak mereka untuk mengakses pendidikan atau layanan kesehatan,” ungkap Iskandar.
Melalui kerja sama dengan KUA dan instansi terkait, UPZ Baznas Semen Padang membantu menjembatani proses legalisasi pernikahan ini. Isbat nikah bukan sekadar pencatatan administrasi, tapi bagian dari ikhtiar menguatkan umat agar hak-hak sosial mereka terjamin.
Pembangunan masjid juga menjadi perhatian serius UPZ Baznas Semen Padang. Salah satu contohnya adalah Masjid Bahrul Ulum di Dusun Sutek’ Uleu, Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi menjadi pusat kegiatan dakwah, pendidikan agama, hingga tempat tinggal sementara bagi da’i yang bertugas.
“Masjid di pedalaman tidak sekadar tempat salat. Di sana, anak-anak belajar Al-Qur’an, masyarakat berkumpul, dan da’i punya tempat untuk membina umat,” ujar Iskandar.
Mentawai Tak Pernah Sendiri Mentawai mungkin halaman terakhir dari buku besar Sumatera Barat. Halaman yang sering terabaikan. Namun bagi UPZ Baznas Semen Padang, halaman terakhir itulah yang paling penting untuk dibaca dan dirawat.
Di sana, suara azan kembali terdengar, anak-anak menghafal huruf hijaiyah, dan saf-saf masjid yang dulu lengang perlahan mulai terisi. Semua dilakukan tanpa sorotan kamera, tanpa publikasi besar-besaran, hanya dengan ketekunan, kesabaran, dan cinta.
Ketika rombongan UPZ kembali ke Padang, mereka tak hanya membawa laporan kegiatan. Mereka membawa harapan—bahwa cahaya Islam akan tetap menyala di ujung negeri. Bahwa dakwah tak pernah berhenti karena jarak, dan bahwa Mentawai, meski sunyi dan terpencil, tak pernah benar-benar sendiri.







Komentar