Kontroversi Peran Ahli Gizi dalam Program MBG: Risiko Besar Dibalik Program Makan Bergizi Gratis

Disusun Oleh: Ilmi Qoairani/NIM: 2410842021

Jurusan: Administrasi Publik, Universitas Andalas

Dosen Pengampu: Dr Edy Hasmy, M.Si

Pendahuluan

Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu program unggulan yang masuk ke dalam agenda prioritas pemerintah saat ini. Program ini merupakan bentuk usaha dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia sejak dini melalui intervensi gizi yang terencana. Tujuan pemerintah membentuk program ini adalah untuk mengurangi angka stunting di indonesia, melihat banyaknya kasus stunting yang menimpa anak-anak di indonesia membuat pemerintah harus mencarikan solusi terkait permasalahan ini, karena apabila tidak diatasi dengan serius maka masalah stunting ini akan berdampak terhadap generasi indonesia kedepannya. Adapun tujuan lain dari pemerintah membentuk program ini yaitu untuk meningkatkan kesehatan anak-anak di sekolah serta memperkuat ketahanan pangan dengan basis pemenuhan nutrisi yang seimbang.

Sudah hampir satu tahun Program MBG berjalan di indonesia. Selama proses pelaksanaanya banyak sekali ditemukan kontroversi terkait program ini salah satunya yaitu pernyataanWakil Ketua DPR RI, CucuanAhmad Syamsurijal yang menyatakan bahwa MBG tidak memerlukan seorang ahli gizi dalam menjalankan programnya dan cukup menggunakan tenaga kerja yang dilatih secara cepat. Pernyataan yang di ungkapkan oleh Wakil DPR RI menimbulkan kritik publik khusunya bagi tenaga kesehatan dan ahli gizi yang menilai ucapannya terkesan meremehkan kemampuan ahli gizi dalam pengelolaan gizi yang tepat. Dibalik pernyataan dari Wakil DPR RI, Menko Pangan, Zulkifli Hasan justru menegaskan bahwa pentingnya keberadaan ahli gizi dalam proses pelaksanaan Program MBG. Hal ini dikarenakan perencanaan hingga pengawasan terhadap gizi tidak bisa digantikan oleh tenaga non gizi. Terkait ahli gizi yang dibutuhkan, Badan Gizi Nasional menjelaskan bahwa demi kelancaran program MBG dibutuhkan sekitar 30.000 ahli gizi di seluruh Sistem Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memastikan standar kualitas program berjalan sesuai dengan pedoman nasional.

Pembahasan

Munculnya pernyataan Cucuan Ahmad terkait Program MBG tanpa ahli gizi menarik perhatian publik.

Apakah benar program MBG tidak membutuhkan tenaga ahli gizi dalam proses pelaksanaanya?

Pernyataan yang disebutkan oleh Cucuan Ahmad terkait MBG tanpa ahli gizi menuai reaksi publik. Adanya pernyataan ini menimbulkan kegelisahan masyarakat terhadap keamanan pengelolaan pangan dan gizi, pasalnya program yang berskala besar dan berkaitan dengan kesehatan jutaaan anak terkesan disepelekan. Padahal program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah stunting yang terjadi pada anak anak indonesia. Sebelum mengungkapkan pernyataan terkait MBG tanpa ahli gizi, penting bagi kita untuk memahami sejauhmana peran ahli gizi dalam program MBG, mereka tidak hanya berperan sebagai pengawas makanan saja melainkan juga seorang tenaga profesional yang memiliki kemampuan dalam menghitung kebutuhan nutrisi, menyusun menu seimbang, memastikan keamanan pangan serta mengawasi seluruh produksi makanan sesuai dengan standar ilmiah. Tanpa adanya kehadiran seorang ahli gizi dalam program MBG, maka program ini akan beresiko mengalami kegagalan terlebih lagi terdapat berbagai laporan yang muncul terkait kebersihan dapur, sanitasi, hingga kasus keracunan makanan yan terjadi di beberapa wilayah indonesia, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan program MBG masih jauh dari standar sempurna.Dalam kasus kasus seperti ini lah, keberadaan ahli gizi justru sangat dibutuhkan agar program dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dengan aman dan bertanggungjawab. Maka dari itu pernyataan terkait MBG tanpa ahli gizi terkesan tidak relevan dengan program ini, karena pada dasarnya program ini bergerak dibidang gizi dan kesehatan yang tentunya sangat membutuhkan peran dari tenaga ahli gizi untuk menjamin keberlancaran program ini.

Munculnya Pernyataan peran ahli gizi yang akan digantikan oleh tenaga non gizi

Munculnya pernyataan terkait peran ahli gizi yang bakal digantikan oleh tenaga non gizi memicu perhatian publik. Di mana pernyataan ini muncul sebagai upaya dari pemerintah dalam mengefisienkan biaya Program MBG.Adanya pernyataan ahli gizi yang bakal digantikan oleh non gizi justru akan menimbulkan masalah baru dan risiko yang cukup besar terhadap program MBG ini seperti kualitas makanan yang tidak memenuhi standar gizi, kegagalan terhadap pencapaian target perbaikan gizi nasional serta memungkinkan terjadinya pemborosan akibat salahnya perencanaan. Kegagalan ini mungkin bakal terjadi apabila program ini tidak dijalankan oleh tenaga yang sesuai dengan keahliannya. Pernyataan yang muncul terkait ahli gizi yang bakal digantikan oleh tenaga non gizi tentunya merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dari pernyataan ini lah banyak masyarakat yang menilai bahwa pemahaman pemerintah terkait urgensi gizi dalam membangun sumber daya manusia yang yang berkualitas masih terbilang minim. Dalam konteks program besar seperti MBG pentingnya literasi terkait kebijakan gizi bagi pemimpin politik terutama dalam menentukan tenaga ahli yang cocok untuk menjalankan program MBG. Dapat kita ketahui, dalam struktur Badan Gizi Nasional yang dimana seharusnya struktur ini didominasi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang sebagai ahli gizi bukan oleh pejabat pejabat non gizi yang tidak memiliki ilmu dasar atau kemampuan dibidang gizi seperti ketua BGN yang merupakan seorang ahli serangga (entomologist) serta pejabat lainnya yang berlatar belakang militer. Dari sini saja dapat kita lihat terdapat ketidak relevan antara program MBG dengan struktur BGN sehingga program ini menunjukkan bahwa pemerintah masih belum dapat menepatkan jabatan seseorang berdasarkan dengan profesinya. Nah dari struktur BGN tadi dapat kita simpulkan bahwa apabila peran ahli gizi digantikan oleh non ahli gizi maka siapa yang akan menjamin bahwa program MBG ini sudah memenuhi standar gizi nasional jika pejabat pejabat tingginya dan pelaksananya saja tidak memiliki latar belakang gizi, tentunya hal ini akan menimbulkan permasalah baru dan menciptakan risiko yang besar terhadap pelaksanaan program ini terlebih program ini berkaitan langsung dengan kesehatan jutaan anak di indonesia.

Kesimpulan

Melihat banyaknya kontroversi yang muncul terkait program MBG, dapat disimpulkan bahwa Program MBG hanya akan berjalan sesuai dengan standarnya apabila ditopang langsung oleh tenaga ahli gizi yang memang betul memahami aspek nutrisi secara mendalam, selain itu profesi ahli gizi juga berperan penting dalam pembangunan nasional. Menko Pangan dan BGN juga menekankan bahwa ahli gizi merupakan komponen penting sekaligus wajib dalam program MBG karena kualitas gizi, keamanan pangan dan lainnya itu bergantung pada kemampuan profesional yang dimiliki oleh ahli gizi. Pemerintah juga harus menjadikan kritik yang muncul terkait program MBG ini sebagai peringatan serius untuk memperbaiki standar pelaksanaan program serta memastikan pengawasan yang ketat terhadap program ini. Jika program sebesar ini tidak dikelola dengan serius oleh ahli yang tepat, maka memungkinkan program ini akan gagal dalam mencapai tujuan dan justru akan berpotensi menciptakan masalah baru terkait kesehatan anak dan keamanan pangan.

Daftar Pustaka

Kompas.com. (2025, 27 September). Warganet soroti pejabat tinggi di BGN bukan ahli gizi, ini kata pengamat. Kompas.com. Diakses pada 23 November 2025 dari https://www.kompas.com/tren/read/2025/09/27/083000665/warganet-soroti- pejabat-tinggi-di-bgn-bukan-ahli-gizi-ini-kata-pengamat

Netralnews. (2025). Cucun Syamsurijal: Tenaga Pengawas Gizi Cukup Lulusan SMA di Program MBG. Netralnews.Diakses pada 23 November 2025 dari https://www.netralnews.com/cucun-syamsurijal-tenaga-pengawas-gizi-cukup-

lulusan-sma-di-program-mbg/S2tScXc4dVBXN0g2eXNZNjFzOVgydz09

Netralnews. (2025). Kontroversi ucapan “Tak Perlu Ahli Gizi” pada Program MBG dan Reaksi Publik yang Meluas. Netralnews. Diakses pada 23 November 2025 dari https://www.netralnews.com/kontroversi-ucapan-tak-perlu-ahli-gizi-pada-program-mbg-dan-reaksi-publik-yang meluas/bG9RVWFTYUJJVDI1WG5lK05UbTl0UT09

BBC News Indonesia. (2025). Blunder ucapan Cucun “tak perlu ahli gizi” di program MBG. BBC News Indonesia. Diakses pada 24 November 2025 dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cdrz121p8epo

Miftahudin, H. (2025, 19 November). Penyelenggaraan MBG Wajib Pakai Ahli Gizi. MetroTVNews. Diakses pada 24 November 2025 dari (https://www.metrotvnews.com/read/NP6C3xde-penyelenggaraan-mbg-wajib-pakai-ahli-gizi)

Views: 25

Komentar