Bukittinggi – Istana Bung Hatta di Kota Bukittinggi diharapkan menjadi ikon pariwisata yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. Harapan ini disampaikan langsung oleh Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Muhidi, saat melakukan kunjungan kerja ke Istana Bung Hatta pada Sabtu (28/6).
Muhidi menekankan pentingnya pengembangan Istana Bung Hatta secara strategis dan berkelanjutan.
Menurutnya, Istana Bung Hatta jangan hanya difokuskan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga harus menjadi daya tarik utama pariwisata.
“Istana Bung Hatta jangan hanya difokuskan sebagai sumber PAD, tetapi juga harus menjadi ikon pariwisata yang kuat. Dengan begitu, keberadaannya bisa berdampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, terutama pelaku UMKM di sekitarnya,” ujarnya pada Sabtu (28/6).
Ia menambahkan, diperlukan peta jalan pengembangan yang jelas agar fungsi, daya tarik, dan kontribusinya terhadap PAD serta ekonomi masyarakat dapat dimaksimalkan. “Harus ada peta pengembangan ke depan agar pengelolaan Istana Bung Hatta lebih optimal. Jika ada kebutuhan untuk pengembangan, silakan ajukan. Kami akan tindak lanjuti,” tegasnya.
DPRD Sumbar, kata Muhidi, siap mendukung langkah-langkah penguatan fungsi Istana Bung Hatta, termasuk dalam aspek promosi wisata, pelestarian budaya, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Muhidi berharap Istana Bung Hatta tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga pusat aktivitas budaya, edukasi, dan ekonomi kreatif. “Kami ingin Istana Bung Hatta tidak hanya menjadi simbol sejarah, tapi juga pusat aktivitas budaya, edukasi, dan ekonomi kreatif. Ini akan memberi manfaat berlapis bagi pemerintah daerah dan masyarakat,” tutup Muhidi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Istana Bung Hatta, Zulkarnain, menyambut baik kedatangan Ketua DPRD Sumbar.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya masih menghadapi sejumlah kendala, terutama dalam hal keterbatasan anggaran untuk pengembangan sarana dan program kegiatan.
Zulkarnain menjelaskan bahwa Istana Bung Hatta memang cukup sering dikunjungi, terutama oleh siswa dan mahasiswa yang ingin belajar sejarah.
“Istana Bung Hatta memang cukup sering dikunjungi, terutama oleh siswa dan mahasiswa yang ingin belajar sejarah. Namun sebagai cagar budaya, kami tidak bisa sembarangan menambah atau mengubah struktur bangunan,” jelas Zulkarnain pada Sabtu (28/6).
Ia juga menyampaikan bahwa mayoritas penggunaan fasilitas Istana Bung Hatta saat ini lebih banyak dimanfaatkan untuk rapat-rapat dinas instansi pemerintah daerah. Sementara, pemanfaatan oleh masyarakat umum, termasuk untuk kegiatan seperti pesta pernikahan, masih sangat minim.
Zulkarnain memaparkan, dari target omzet yang ditetapkan, baru sekitar enam persen yang tercapai. Tahun lalu target retribusi sebesar Rp500 juta, namun realisasi hanya Rp300 juta. Efisiensi anggaran yang diberlakukan saat ini juga cukup berdampak terhadap tingkat hunian. “Bahkan beberapa yang sudah sempat ‘deal’ pembatalan terjadi mendadak di hari pelaksanaan,” paparnya.
Zulkarnain berharap adanya dukungan lebih lanjut dari pemerintah provinsi dan DPRD untuk mendorong pemanfaatan dan promosi Istana Bung Hatta secara lebih luas, baik sebagai objek wisata sejarah maupun tempat kegiatan produktif masyarakat.
Komentar